Duet Capres NU-Muhammadiyah diyakini dapat membawa bangsa Indonesia menuju negara yang baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur.
Hal ini diungkapkan oleh AM Iqbal Parewangi (Ketua Majelis Istiqamah MP ICMI Muda Pusat) usai menggelar roadshow dan silaturrahmi strategis membahas problem bangsa dan kepemimpinan ummat ke DPP Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) pada hari jumat (01/07/2022) di Jl Patra Kuningan IVX Jakarta Selatan di Markas Dakwah Parmusi.
“Kami di ICMI Muda berkeyakinan bahwa jika kepemimpinan nasional bangsa ini berada di tangan duet NU-Muhammadiyah, di tangan tokoh-tokoh umat yang berintegritas tinggi dan didukung bersama oleh kekuatan umat & ormas Islam, maka Indonesia akan bermuruah menuju cita-cita baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
“Dan Indonesia akan selamat dari bahaya laten trah politik berkonde oligarkis, diskriminatif dan anarkis. Dari kepemimpinan yang rasis, arogan, dan sinis terhadap rakyatnya sendiri.
“Indonesia perlu diselamatkan dari bahaya laten itu. Solusinya, dengan mewujudkan kepemimpinan umat untuk bangsa. Salah satu ikhtiarnya, lewat gerakan ‘Pilpres 2024, Duet NU-Muhammadiyah’.” Papar AM Iqbal Parewangi, Ketua Majelis Istiqamah di dalam pertemuan dengan DPP Parmusi.
Sebelumnya Majelis Pimpinan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (MP ICMI Muda) Pusat juga melakukan roadshow dan silaturahmi strategis ke Ormas-Ormas bersar Islam untuk bahas duet Capres NU-Muhammadiyah. Diantaranya ke PP Muhamamdiyah, MUI Pusat, BKPRMI, Wahdah Islamiyah dan terus berlanjut agenda silaturahmi ke Ormas-Orams Islam lainnya.
Ketua Umum DPP Parmusi H. Usamah Hisyam secara langsung menerima roadshow dan silaturahmi MP ICMI Muda Pusat. Bersama jajaran pengurus DPP Parmusi dengan penuh suasana hangat DPP Parmusi menyambut agenda roadshow silatrahmi MP ICMI Muda.
Pertemuan diawali dengan perkenalan MP ICMI Muda dan pemaparan maksud dan tujuan dari MP ICMI Muda
AM Iqba Parewangi (Ketua Majelis Istiqamah ICMI Muda) didampingi jajaran pengurus MP ICMI Muda Pusat membuka pertemuan dengan menyampaikan beberapa hal strategis terkait isu kebangsaan dan kepemimpinan ummat.
“Kita tentu tidak ingin kepemimpinan nasional berada di tangan trah politik yang oligarkis, diskriminatif dan anarkis terhadap rakyat.
“Trah politik rasis yang bukannya menjaga persatuan anak bangsa, tapi malah mengolok-olok hitam-putih warna kulit rakyatnya sendiri.
“Trah politik arogan yang bukannya menunjukkan simpati, malah membuli penderitaan rakyatnya yang antri minyak goreng dimana-mana.
“Trah politik sinis yang bukannya menghargai dan memotivasi, tapi malah menghina pekerjaan halal rakyatnya sendiri. Pekerjaan penjual bakso, tukang batu, petani, itu halal. Itu tidak mudah, tapi mulia karena halal. Maka seorang pemimpin sejati seharusnya membina mereka, bukan malah menghina. Kata Iqbal Parewangi dalam pertemuan tersbeut.
“Nah kita tentu tidak ingin kepemimpinan yang seperti itu.” Tegas AM Iqbal Parewangi.
Mennaggapi hal tersebut, H Usama Hisyam menyambut baik ide dan gagasan duet Capres NU-Muhamamdiyah oleh ICMI Muda. H Usama juga membedah peta situasi politik terkini yaitu peta pencapresan 2024, potensi pasangan Capres 2024, dan juga Parpol pengusung.
“Hari ini semua Capres sudah memulai sejak lama agenda politik mereka, kalau ini ada duet NU-Muhamamdiyah ini gagasan yang menarik. Namun, say amelihat ini belum muncul nama kira-kira siapa tokoh yang nantinya akan diusung duet NU-Muhammadiyah”. Tanya H. Usama Hisyam dalam pertemuan tersebut.
H. Usama Hisyam juga menambahkan terkait dengan kemungkinan kerjasama kolaborasi keummatan dalam rangka membangun bangsa Indonesia menuju Indonesia yang baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur.
“Semua gagasan ICMI Muda tidak ada yang kami tolak, ini gagasan yang manarik. Namun, ini era politik transaksional, era politik dimana oligarki kuat mencengkeram. Karenanya kita juga harus pikirkan secara lebih konkrit gerakan politik duet Capres NU-Muhamamdiyah ini.” Jelas Usama Hisyam dalam pertemuan tersebut.
DPP Parmusi yang lain juga memberikan pertimbangan-pertimbangan dan mauskan terkait wacana duet Capres NU-Muhammadiyah. Diantaranya pentingnya pelibatan kelompok millenial dilibatkan dalam gerakan perbaikan bangsa, juga termasuk kekuatan kalangan perempuan dalam ranah politik juga direkomendasikan oleh DPP Parmusi untuk diperhatikan dalam gerakan politik keummatan.
Pertemuan kemudian diakhiri dengan makan bersama, dan foto bersama dilanjutkan dengan ramah tamah.